ANEKDOT
(PEMILU
2038)
Di suatu pagi hari yang cerah, budi dan Imran sedang duduk
berdua di teras sambil membaca Koran.
Pemilihan presiden sudah dilakukan minggu lalu. Budi memihak pada
koalisi hitam putih, sedangkan Imran memihak pada koalisi bulat bulat. Walau
berbeda kubu, mereka tetap akur. Namun berbeda dengan pagi ini. Budi membuka
sebuah topic tentang pemilu sambil meminum kopinya
Budi : “Imran, aku yakin pasti prabiwo lah yang akan menang
pilpres kali ini. Dia kan berwibawa sekali sebagai pemimpin.”
Imran : “ya.. bisa saja prabiwo itu macam badut. Berias
yang tebal sekali sampai kita tak tau siapa dia sebenarnya.”
Budi : “hey apa apaan kamu Imran. Masa prabiwo yang gagah itu
kau bilang macam badut?”
Imran : “ku hanya berpendapat.” Jawabnnya santai
Budi : “ya.. setidaknya prabiwo tidak seperti ranting yang
dibalut kemeja motif bulat bulat.” Timpal budi dengan seulas senyum
Imran : “hah? Ahahahaha ya tak kusangka kau mampu membalas
perkataan ku bud.”
Jawab Imran sambil terkekeh
Budi : “haa… ya iyalah ran. Tapi siapapun presidennya aku
ingin negri kita ini tak seperti anak kuliahan diakhir bulan yang belum bayar
uang kos.” Jawab budi sambil menerawang ke langit pagi yang cerah
Imran : “iya bud. Aku juga gak mau kalau negri kita bagai
ditagih tagih oleh ibu kos karna belum bayar uang sewa alias ngutang”
Budi : “ya.. semoga dapat berubah jadi lebih baik ya Imran”
Imran : “amin… hey kau sudah baca Koran yang halaman 6
belum?’’
Budi : “ belum. Memang kenapa?”
Imran : “harga BBM akan naik. Karna BBM bersubsidi akan
segera dihapuskan”
Budi : “hah?! Serius kamu ran? Sampai harga berapa?!” balas
budi spontan
Imran : “11 ribu rupiah per liter.” Jawab Imran sambil
menyeruput kopinya
Budi : “HAH?! 11 ribu? Gak salah? Mahal sekali!! Ah
pokoknya aku mau demo!” jawab budi ber api api
Imran : “kau kenapa
budi? Jangan seperti anak kecil yang mainannya direbut orang lain lah.”
Tukasnya tajam
Budi : “anakkecil gak main bensin.” Balas budi tak kalah
tajam
Imran : “maksudku kau itu jangan mudah terbawa emosi. Masa
hanya karna BBM naik saja sampai mau demo segala. Kita kan masih mampu beli
bensin. Gaji kita lumayan. Ya gak perlu demo lah.” Kata Imran masih dengan
sikap tenangnya.
Budi : “kamu jangan seperti supir angkot yang suka seenaknya menyalib orang lain dong Imran.”
Imran : “budi. Biar bagaimanapun harga minyak bumi pasti
akan naik. Karna minyak bumi pasti akan habis.” Timpalnya
Budi : “tapi negri kita ini kan kaya akan minyak bumi. Jadi
seharusnya tidak perlu menaikkan harga BBM.” Ujar budi yang sudah sedikit
tenang
Imran : “memang, negri kita ini kaya akan minyak bumi. Tapi
kita sama saja seperti ulat sutra. Ulat sutra dapat menghasilkan bahan utama
pembuat sutra, tapi ulat itu sendiri tidak bisa membuat sutra.” Kata Imran
dengan nada sedikit miris
Budi : “ yah..kita hanya bisa berharap pada geerasi muda
penerus bangsa ini yang akan membawa perubahan..” kata budi yang sudah tenang.
Imran : “ya.. tapi ku masiih mirismelihat system pendidikan
bangsa ini yang masih seperti rambut nenek lampir.” Tukasnya tiba tiba
Budi yang mendengar perkataan Imran sontak tertawa karna
ocehan teman se rantauan nya.
Budi : “hahahaha kau ini lucu sekali ran. Masa iya system pendidikan kau samakan dengan rambut
nenek lampir. Walau bagaimana pun juga pendidikan Indonesia yang sekarang ini
merupakan modal bangsa untuk menuju masa depan yang lebih baik.” Ujar budi
sambil menirukan gaya pidato Ir. Soekarno.
Imran : “halah kau
dan Ir. Soekarno itu bagai matahari ke neptunus.” Balas Imran dengan gelak tawa
Budi : “biarkan saja yang penting kan apa yang
kubicarakan.” Timpal budi sambil meminum kopinya
Mendengar jawaban dari budi, Imran hanya tertawa kecil
sambil melipat korannya.
Imran : “kondisi bangsa ini memang masih seperti semut yang
sedang mencari makan. Semuannya berlarian kesegala arah. Namun biar bgaimana
pun, inilah Indonesia. Dan tugas kita sebagai generasi muda adalah untuk
mengatur semut semut itu.” Ujar Imran dengan wajah bijak bak seorang ustad.
Budi : “heee. Jadi ustad nih? Hahahahaha” gelak tawa budi pun pecah